Senin, 03 Februari 2020

Dia


Dahulu sekali, saya ialah pribadi yang senang menulis tentang sendu, sepi, sendiri, dan menanti. Kalau sedang hujan atau cuaca mendung sedikit, dikit-dikit melow. Hahaha 
Sekarang, sejak hadirnya mas Fiqi, mendadak tak bisa saya melow-melow. Dah hujan dan mendung pun rasanya sudah tak bekerja lagi otak ini untuk memproses sendu, sepi, sendiri dan menanti. Lah wong yang dinanti sudah ada disisi. Eeeaaa WKWKWK

Ada rasa syukur yang membuncah dalam dada tatkala sadar bahwa saya tlah berstatus istrinya. Banyak waktu dapat dilewati bersama. Tanpa khawatir ia pulang bagaimana dan aku tidur sendirian di kamar kos-kosan. Arah pulang kita sama. Tujuan kita sama. Semua rasa insecure saat masih pacaran dan tunangan dulu sudah melebur. 

Dia, suamiku, mas Fiqi, tempat ternyaman untuk ndusel-ndusel. Rasanya hangat dan lembut berada dalam rengkuhannya. Dalam dekapannya, saat dunia tak berjalan sesuai rencana kita. Atau setelah beradu argumen kecil dengannya. Pelukannya selalu menjadi tempat ternyaman untuk menuntaskan segala rasa. 


Minggu, 05 Januari 2020

Menerima

Pernikahan mengajarkan saya banyak hal. Salah satunya menerima. Terbaca mudah, namun seringkali sulit dilakukan. 

Setelah menjadi istri, banyak sekali hal-hal yang harus saya terima. Suka tidak suka, ya harus. Bagaimana pun harus terima. Seolah mengajarkan saya untuk berdamai dengan hal-hal diluar keinginan saya. Akan ada banyak bentuk penerimaan yang sering diujikan ketika menikah. Misalnya saja menerima sang suami yang ternyata hobi sekali main game di handphonenya. Terdengar remeh-temeh bagi sebagian orang. "Meh, maen game doang kok nesu", mungkin seperti itu pikirnya. Namun, kadangkala dari hobi main game tersebut kadang menimbulkan beberapa masalah. Kalau saya, selaku seorang istri tidak menerima, ya bakal ribut terus tiap hari. 

Banyak hal yang lebih serius dari sekedar hobi main game di handphone. Pun banyak yang lebih remeh dari sekedar itu. Namun, kalau diri ini tidak berdamai dengan hal-hal tersebut, tidak menerima secara ikhlas, sudah pasti cemberut terus menghiasi wajah ini. 

Pernikahan mengajarkan saya untuk terus berusaha menerima dengan ikhlas, berdamai dengan segala hal yang tidak berjalan dengan semestinya (berjalan sesuai keinginan saya). Walau kadangkala diri ini susah menerima dengan ikhlas. Walau kadang diri ini kadang lupa harus ikhlas menerima. Walau kadang suka kesel sendiri. Ya, tulisan ini saya buat untuk mengingatkan saya agar terus berproses, berubah menjadi pribadi yang menerima kehendak Allah SWT dengan ikhlas. Terutama menerima kelebihan dan kekurangan saya dan suami. 


Selasa, 11 Desember 2018

Rumah

Banyak sekali definisi rumah di luar sana. Tiap orang pun punya definisi mereka sendiri soal rumah. Ada yang mendefinisikan sebagai tempat tinggal, tempat pulang, tempat berkumpul, atau tempat bernaung. Pun ada yang mengartikan rumah sebagai tempat penuh cinta kasih, kehangatan cinta dan berlimpahnya kasih sayang. Hal yang sama dari semua definisi yang saya sebutkan tadi adalah hal positif tentang rumah.

Rumah. Banyak hal-hal terjadi di dalam rumah. Percakapan santai sumantai perihal makan apa hari ini, atau obrolan ringan membahas sinetron kesayangan mamah di televisi sampai percakapan agak berat soal masa depan sang anak-anak. Rumah menjadi tempat tumbuh dan berkembang, baik sang ibu dan ayah serta si anak-anak.

Setahun ke belakang, saya sudah jarang di rumah. Pulang ke rumah hanya sebulan, sisanya di tanah rantau. Bukan kerja, tapi cari ilmu. Libur semester jadi waktu paling asik yang saya tunggu untuk pulang ke rumah. Rumah dimana saya dibesarkan dan dididik sampai seperti ini. Rumah yang beberapa bulan kedepan pasti bikin kangen, bikin rindu.

Kepulangan saya ke rumah kali ini disambut hal positif. Ada kebiasan-kebiasan yang dulu sempat hilang kembali bersemi lagi. Kebiasaan itu ialah mengaji selepas sholat magrib. Simpel memang tapi sumpah itu bikin kangen. Dulu sekali, Bapak saya selalu mengajari saya mengaji sehabis magrib. Mulai dari Iqra sampai Al-Qur'an. Bukannya saya tidak ikut kelas TPQ bersama teman-teman sebaya, namun mengaji sehabis sholat magrib bersama Bapak itu seperti crosscheck ilmu yang saya dapat. Kegiatan itu berlangsung sampai saya masuk sekolah menengah pertama. Dan mulai jarang sejak saya masuk SMA. Mengaji sehabis sholat magrib hanya dilakukan ketika malam Jumat, itu pun hanya mengaji surat yasin. Tidak ada lagi kegiatan mengaji dibandungi Bapak seperti waktu kecil. Paling-paling kalau bulan suci ramadhan kegiatan itu kembali muncul. Namun, saat kepulangan saya kemarin, saya disambut hal paling positif. Mengaji selepas sholat magrib.

Saya ingin kelak, rumah saya dan suami pun akan selalu dihiasi lantunan ayat suci Al-Qur'an. Selepas sholat magrib pun tak apa. Lebih bagus lagi kalau sehabis sholat magrib dan sholat subuh.
Mas, kita nanti bikin suasana rumah yang seperti itu ya? 💙

#30haribercerita
#day1

Jumat, 09 November 2018

Kado Terindah

6 November 2018

Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu saya berulang tahun yang ke-25. Seperempat abad. Udah lumayan tua emang hehe. Momen ulang tahun itu memang senang sekaligus sedih. Senang karena umur bertambah dan bisa menjadi the new me istilahnya. Namun sedihnya ya manakala sadar kalo jatah hidup di dunia juga berkurang, tiap tahun. Tapi terlepas dari itu, tetap saja, saya bersyukur atas apa yang terjadi dihidup saya.

Tahun ini, bisa dibilang tahun penting buat saya. Beberapa keputusan besar saya putuskan di tahun ini. Salah satunya perihal pendamping hidup, ciee wkwk. Alhamdulillah, udah ada yang berniat serius sama saya. Senang sekali. Kedua keluarga kami bertemu dan tlah saling kenal. Proses pertunangan pun tlah terlaksana dan berjalan mulus bulan September kemarin.

Jadi.. Awalnya, doi mau ngajak tunangan pas aku ulang tahun. Katanya biar sebagai kado gitu ehehe. Tapi mengingat berbagai kondisi dan segala hal, jadi dipercepat pertunangan beberapa bulan sebelum aku ulang tahun. Semacam early birthday present gitu looh haha. Makanya pas 6 November kemarin ngga ada hadiah-hadiah mewah dan semacamnya. Karena lewat cincin yang sekarang nglingker di jari manis aja udah cukup rasanya. (Yaiyalah woi, kadonya udah pas September wkwk.) Ngga perlu terlalu berlebihan dalam merayakan hehe. Tapi sweet thing yang dia lakuin itu ngajak aku ke tempat gellato. Hahaha. Sumpaah aku seneng banget. Dia tau aku paling suka ice cream dan gelatto gitu, jadi yaa, pas ulang tahun kemarin aku diajak ke situ. Terus bonusnya dikasih mawar merah gitu akutu uwuwuw haha. Romantis juga calon suami gue wkwk.

Post kali ini cuma mau bilang itu aja sih. Terimakasih kadonya ya, Sayangkuw.
Love you PP Bumi-Bulan.